Sabtu, 28 November 2015

Lagu Masa Lalu (2) : Nobody's Child





As I was slowly passing 
An orphan's home one day, 
I stopped for just a moment 
Just to watch the children play. 
Alone a boy was standing 
And when I asked him why, 
He turned with eyes that could not see 
And he began to cry. 


I'm nobody's child
I'm nobody's child
Just like a flower I’m growing wild.
No mommy's kisses and no daddy's smile
Nobody wants me
I'm nobody's child.


People come for children
And take them for their own.
But they all seem to pass me
And I’m left here all alone.
I know they'd like to take me
But when they see I'm blind
They always take some other child
And I am left behind.

No mummy's arms to hold me 
Or sooth me when I cry, 
Sometimes I’ve got so lonely 
I wish that I could die. 
I'll walk the streets of heaven 
Where all the blinds can see. 
And just like for the other kids 
There’ll be a home for me. 



Lagu berirama slow ini dibawakan oleh Karen Young pada tahun 1969. Sebenarnya, lagu ciptaan Cy Coben dan Mel Foree ini sudah lebih dulu dibawakan oleh Hank Snow pada tahun 1949, bahkan sempat dicover oleh banyak penyanyi, termasuk The Beatles. Namun, lagu versi Karen Young lebih populer dibanding lainnya. Di radio maupun kaset yang beredar di Indonesia pun, lagu Nobody’s Child lebih identik dengan penyanyi wanita asal Inggris ini.
Lirik lagu ini banyak menggunakan bahasa sehari-hari. Menceritakan tentang nasib malang anak penyandang tuna netra di panti asuhan. Kisah diawali oleh penyanyi lagu tersebut yang sedang lewat di depan panti asuhan. Sedang asyik-asyiknya nonton anak-anak bermain, tiba-tiba dia lihat seorang anak berdiri sendirian. Ketika ditanya, si anak yang ternyata buta ini bercerita sambil menangis. Dia adalah anak yang tidak jelas siapa orang tuanya. Dia tumbuh besar tanpa ayah maupun ibu. Sebenarnya banyak orang datang ke panti untuk mengadopsi anak, tapi dia selalu disisihkan karena kebutaannya.
Mungkin lagu ini akan jauh lebih bermakna andai di bagian akhir, si penyanyi memberikan kata-kata penghiburan bagi si anak. Tapi tidak demikian, bait terakhir malah berisi keputusasaan si anak. Dia kadang merasa ingin mati saja, kan nanti di surga dia bahagia seperti anak-anak lain.
Meski si penyanyi seolah-olah hanya menjadi pendengar atas curhat si anak, tapi ia mampu menceritakan sebuah kisah pilu sebagai bahan pembelajaran. Yatim piatu dan tuna netra, menunjukkan betapa menderitanya si anak. Jadi, lagu ini mengajarkan kita untuk memperhatikan orang lain yang memiliki kekurangan. Tak lupa bersyukur bahwa kita punya fisik sempurna dan orang tua yang penuh kasih sayang.